Peningkatan
Kemampuan Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw pada Siswa Kelas IX-B Semester Gasal SMP Negeri 1 Dukuhseti Kabupaten
Pati Tahun Pelajaran 2015/2016
JURNAL PTK
Disusun untuk Diterbitkan sebagai Jurnal sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Kenaikkan Pangkat ke IV/C
Nama :
Y. Eko Joko K., M.Pd.
NIP : 19610827 198403 1 009
Pangkat
: Pembina / IV b
Jabatan
: Guru SMP Negeri 1 Dukuhseti
Pati
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PATI
SMP
NEGERI 1 DUKUHSETI
Alamat: Desa Dukuhseti Kecamatan
Dukuhseti
Kabupaten Pati
2015
Peningkatan
Kemampuan Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw pada Siswa Kelas IX-B Semester Gasal SMP Negeri 1 Dukuhseti Kabupaten
Pati Tahun Pelajaran 2015/2016
Oleh : Y. Eko Joko K.
ABSTRAK
Materi pelajaran
menganalisis unsur intriksik cerpen merupakan salah satu bagian pelajaran
bahasa Indonesia di kelas IX SMP. Lewat analisis unsur intriksik, diharapkan
dapat memberikan gambaran tentang visi kehidupan manusia. Namun, berdasarkan
kondisi awal diketahui bahwa nilai rata-rata kemampuan memahami unsur intriksik
cerpen siswa kelas IX-B SMP Negeri 1 Dukuhseti baru 65,50, sedangkan KKM yang
ditetapkan 75. Siswa mencapai KKM sebanyak 9 orang (45%), sedangkan siswa yang
belum mencapai KKM sebanyak 11 orang (55%). Penelitian ini bertujuan: (1) untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IX-B SMP Negeri 1 Dukuhseti
Kabupaten Pati tahun pelajaran 2015/2016 melalui implementasi pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw; dan (2) Untuk
meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas IX-B
SMP Negeri 1 Dukuhseti Kabupaten Pati tahun pelajaran 2015/2016 melalui
implementasi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Subjek penelitian adalah semua siswa kelas IX-B SMP Negeri 1 Dukuhseti yang berjumlah
20 orang. Data dikumpulkan dengan teknik tes dan nontes. Selanjutnya data
dianalisis dengan analisis deskriptif. Sesuai dengan hasil penyajian dan
analisis data disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa kelas IX-B SMP Negeri 1 Dukuhseti Kabupaten Pati tahun pelajaran
2015/2016 dengan rata-rata pada siklus I sebesar 76,41, siklus II sebesar
78,91, dan siklus III sebesar 85,95; (2) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan
memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas IX-B SMP Negeri 1 Dukuhseti
Kabupaten Pati tahun pelajaran 2015/2016 dibuktikan dengan rata-rata nilai pada
kondisi awal sebesar 65,50, siklus I sebesar 75,00, siklus II sebesar 80,28,
dan siklus III sebesar 84,64.
PENDAHULUAN
Pengajaran
sastra merupakan salah satu aspek dari pengajaran bahasa Indonesia di sekolah
yang memberikan andil sangat besar untuk membentuk kepribadian siswa. Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pengajaran sastra merupakan bagian
takterpisahkan dari pengajaran bahasa Indonesia. Jadi, antara pengajaran sastra
dengan pengajaran bahasa Indonesia mempunyai hubungan yang erat. Keeratan
hubungan tersebut merupakan kelanjutan dari eratnya hubungan antara bahasa dan
sastra. Sastra pada hakikatnya merupakan kegiatan berbahasa dengan unsur
estetika sebagai faktor utamanya,
sehingga sastra bisa disebut dengan seni bahasa.
Salah satu
tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah untuk menikmati dan memanfaatkan
karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa (BNSP, 2006: 110). Terkait
dengan hal tersebut, pembelajaran materi pelajaran sastra di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) terdiri atas: (1) mengapresiasi dongeng, (2) mengapresiasi cerita
anak, (3) mengapresiasi pantun, (4) mengapresiasi puisi, (5) mengapresiasi, (6)
mengapresiasi drama, (7) mengapresiasi novel, (8) dan mengapresiasi syair.
Cerpen merupakan salah satu bagian dari
sastra yang memberikan gambaran tentang visi kehidupan manusia sekaligus
merupakan bahan untuk mengetahui keadaan suatu masyarakat. Di samping itu
cerpen menjadi pusat perhatian pada
bagian tertentu dari kehidupan manusia yang dianggap penting oleh
pengarangnya, atau dengan kata lain bahwa cerpen mengungkapkan tabir kehidupan.
Sesuai dengan hasil pencermatan terhadap
Standar Isi didapatkan data bahwa kegiatan mengapresiasi cerpen secara reseptif
pada kelas IX semester gasal terbagi atas dua Kompetensi Dasar (KD). KD-KD
tersebut adalah sebagai berikut. KD 7.1 Menemukan tema, latar, penokohan pada
cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen; dan KD 7.2 Menganalisis
nilai-nilai kehidupan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen.
Berdasarkan hasil observasi awal yang
telah dilakukan pada siswa kelas IX-B SMP Negeri 1 Dukuhseti, ternyata
pembelajaran sastra khususnya memahami unsur intrinsik cerpen belum mendapatkan
perhatian khusus di hati siswa. Ini terlihat jelas pada buku daftar nilai
siswa, nilai rata-rata siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen masih di
bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 75. Nilai
rata-rata kemampuan memahami unsur intrik cerpen siswa kelas IX-B SMP Negeri 1
Dukuhseti sebesar 65,50. Siswa mencapai KKM sebanyak 9 orang (45%), sedangkan
siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 11 orang (55%).
Mencermati hasil belajar kondisi awal
tersebut, maka proses dan hasil belajar perlu diperbaiki. Salah satu model yang
diasumsikan dapat memperbaiki proses dan hasil belajar tersebut adalah dengan
mengiplementasikan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah teknik pembelajaran yang
berupa permainan antar kelompok, serupa dengan pertukaran kelompok dengan
kelompok, di mana setiap siswa ditugasi mengajarkan pengetahuan baru yang
diperoleh dari hasil diskusi kelompok untuk diajarkan kepada siswa lain pada
kelompok lain. Ini merupakaan alternatif menarik bila ada materi belajar yang
bisa disegmentasikan atau dibagi-bagi dan bila bagian-bagiannya harus diajarkan
secara berurutan. Tiap siswa mempelajari sesuatu yang berbeda dengan lainnya
yang bila digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain, membentuk
kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang padu.
Tujuan penelitian ini ada dua macam,
yakni: (1) untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IX-B SMP Negeri 1
Dukuhseti Kabupaten Pati tahun pelajaran 2015/2016 melalui implementasi
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw;
dan (2) Untuk meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa
kelas IX-B SMP Negeri 1 Dukuhseti Kabupaten Pati tahun pelajaran 2015/2016
melalui implementasi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Manfaat teoretis penelitian ini adalah
memberikan kontribusi pada pengembangan pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia, khususnya pembelajaran apresiasi cerpen. Sedangkan manfaat praktis
penelitian ini berguna untuk guru, siswa, dan peneliti lain.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran
Kooperatif
Slavin
(2008:8) mengatakan bahwa dalam metode
pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang
untuk menguasai materi yang
disampaikan oleh guru. Ide yang melatarbelakangi bentuk pembelajaran kooperatif
semacam ini adalah apabila para siswa
ingin agar timnya berhasil, mereka
akan mendorong anggota timnya untuk lebih baik dan akan membantu mereka melakukannya.
Menurut Silberman (2006:31) kegiatan belajar
bersama dapat membantu belajar aktif. Apa yang didiskusikan siswa dengan
teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan
mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran.
Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa pembelajaran kooperatif
adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan
faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuan
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja
sama dan saling membantu untuk memahami
materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw
Jigsaw adalah suatu model pembelajaran
yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab
atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut
kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model Jigsaw merupakan model
pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang
positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang
harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang
lain (Hasan, 2003: 33).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran
orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka
juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan
yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi
yang ditugaskan.”
Untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw, ada tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan.
1. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa
kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4–6 siswa dengan kemampuan yang
berbeda untuk berdiskusi.
2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli
maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok.
3. Guru memberikan kuis untuk siswa secara
individual.
4. Guru memberikan penghargaan pada kelompok.
5. Guru mengadakan postes.
Aktivitas Belajar
John
Travers dalam Suprijono (2011: 7) menggolongkan aktivitas belajar menjadi
belajar gerakan, belajar pengetahuan, dan belajar pemecahan masalah. Ada pula
yang menggolongkan menjadi aktivitas belajar informasi, aktivitas belajar
konsep, aktivitas belajar prinsip, aktivitas belajar keterampilan dan aktivitas
belajar sikap. Hamalik, 2010:172) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok
antara lain.
1. Kegiatan-kegiatan visual seperti membaca,
melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan
mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral) seperti
mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu keja-dian,
mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara,
diskusi, dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan meliputi
penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan
suatu permainan, mendengarka radio.
4. Kegiatan-kegiatan menulis, misalnya cerita,
menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes,
mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar misalnya membuat
grafik, chart, diagram peta, dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan metrik seperti melakukan
percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model,
menyelenggarakan permainan, menari, berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan mental misalnya merenungkan,
mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, membuat
keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan emosional.
Unsur-Unsur
Intriksik Cerpen
Cerita
pendek merupakan salah satu bentuk prosa (fiksi) telah mampu menduduki posisi
tertentu dalam kasanah sastra Indonesia. Dalam posisinya yang cukup strategis
dalam cerita pendek dihidangkan secara bebas dan terbuka sehingga mudah dikenal
dan dimengerti oleh masyarakat.
Setiap karya sastra selalu didukung oleh unsur-unsur
tertentu, unsur-unsur pendukung itu antara lain: unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah aspek-aspek yang membangun sastra itu dari
dalam, sedangkan unsur ekstrinsik adalah aspek-aspek yang mempengaruhi cipta
sastra yang bersumber dari luar cipta sastra itu sendiri (Badrun, 1983:13).
Dalam penelitian ini difokuskan pada unsur intrinsik dari cerpen. Unsur-unsur
intrinsik yang membangun karya sastra dari dalam adalah sebagai berikut: (1)
tema, (2) alur, (3) penokohan (perwatakan), (4) latar (setting), (5) sudut
pandang, dan (6) amanat.
1. Tema
Tema adalah gagasan utama
yang menjadi pokok permasalahan dalam sebuah cerita. Tema dalam suatu karya
sastra letaknya tersembunyi dan harus dicari sendiri oleh pembacanya.
2. Alur / Plot
Alur atau plot, yaitu
rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi suatu
satu kesatuan yang padu, bulat dan utuh. Alur atau plot dapat dikategorikan ke
dalam beberapa jenis berdasarkan sudut tinjauan atau criteria. Alur atau plot
tersebut dapat dibedakan menjadi tiga bagian,yaitu: “alur maju, alur mundur,
dan alur gabungan”. Alur maju bermula dari titik awal peristiwa dan berjalan
secara teratur sampai titik akhir cerita. Disebut alur mundur apabila
peristiwa-peristiwa yang disusun berdasarkan sebab akibat mencerikan masa
lampau dari titik akhir menuju titik permulaan. Sedangkan alur gabungan adalah
apabila perirtiwa-peristiwa yang ada disusun secara campuran antara sebab
akibat, waktu kini ke waktu lampau dan waktu lampau ke waktu kini (Widya, dkk,
2006: 28).
3. Penohohan
Penokohan (perwatakan) yaitu:
cara melukiskan sikap dan watak para pelakunya atau kepribadian tokoh-tokohnya,
meliputi sifat lahir dan sifat bahtinnya. Ada dua cara memperkenalkan pelaku
dalam cerita yaitu: secara analitik dan secara dramatik (Antara, 1988:23) (a)
Secara Analitik, yaitu pengarang langsung memaparkan watak atau karakter
tokohnya, pengarang menyebutkan tokoh tersebut keras hati. (b) Secara Dramatik,
yaitu pengarang tidak menjelaskan watak pelaku ceritanya secara langsung,
watak-watak pelaku ceritanya digambarkan melalui hal-hal lain, seperti pilihan
nama tokohnya, cara berpakaiannya, tingkah laku terhadap tokoh lain melalui
dialog.
4. Latar / Setting
Menurut Nurgiantoro
(1995:216) Latar/setting merupakan waktu/keadaan alam atau cuaca terjadinya
suatu peristiwa, karena setiap perbuatan atau aktivitas manusia akan terjadi
pada tempat, waktu dan keadaan tertentu sehingga cerita itu tampak lebih hidup
dan logis untuk menggerakkan emosi pembaca. Hal ini penting untuk memberikan
kesan realisitis kepada pembaca, meciptakan suasana tertentu yang seolah-olah
sungguh-sungguh ada dan terjadi, sehingga pembaca dapat merasakan dan menilai
kebenaran, ketepatan dan aktualisasi latar yang diceritakan sehingga merasa
lebih akrab.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang yaitu dari
sudut mana pengarang memandang yang menjadi pusat pengisah atau yang menjadi
landasan tumpu cerita.
6. Amanat
Amanat ialah pemecahan yang
diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra. Amanat biasa
disebut makna. Makna dibedakan menjadi makna niatan dan makna muatan. Makna
niatan ialah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang
ditulisnya. Makna muatan ialah makana yang termuat dalam karya sastra tersebut.
KERANGKA BERPIKIR
Kondisi awal diketahui, bahwa dengan penggunaan metode
ceramah kemampuan menganalisis unsur
intrinsik cerpen masih rendah (65,50). Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain: metode pembelajaran yang monoton, rendahnya partisipasi
siswa. Oleh karena itu, kemampuan
menganalisis unsur intrinsik cerpen harus ditingkatkan dengan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Bagan kerangka berpikir disajikan sebagai
berikut.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Menurut
Sanjaya (dalam Yultiana, 2012:28) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu
bentuk penelitian bersifat refleksif dengan melakukan tindakan-tindakan
tertentu agar dapat memeperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran
dikelas secara profesional.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX-B SMP Negeri 1
Dukuhseti yang berjumlah 20 orang siswa terdiri atas 9 orang laki-laki dan 11
orang perempuan. Objek penelitiannya adalah peningkatan kemampuan menganalisis
unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap sebanyak tiga siklus.
Data dikumpulkan dengan teknik tes dan nontes. Instrumen yang digunakan
adalah soal, digunakan untuk mengetahui kemampuan menganalisis unsur intriksis
cerpen. Sedangkan instrumen nontes adalah lembar observasi untuk mengetahui
aktivitas belajar siswa. Setelah data terkumpul, dianalisis dengan teknik
analisis deskriptif sehingga diperoleh suatu kesimpulan umum (Sugiyono,
2009:147).
Penelitian tindakan kelas menggunakan prosedur-prosedur yang terdiri atas
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Alur penelitian tersebut
digambar sebagai berikut.
Gambar 2 Siklus PTK model Kemmis dan Taggart
HASIL PENELITIAN
Setiap tahap penelitian terdiri atas perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi.
Perencanaan
Hal-hal
yang perlu dipersiapkan dalam perencanaan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Melakukan
pembelajaran diikuti tes diagnotik/tes awal yang dipersiapkan berupa tes
tertulis yang berbentuk esai. Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal
pemahaman siswa tentang unsur intrinsik cerpen.
2. Menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan rencana program yang
ditempuh melalui proses belajar mengajar.
3. Menyusun
format observasi siswa. Format observasi adalah pedoman digunakan pada saat
melakukan pengamatan aktivitas belajar siswa.
4. Menyusun
soal-soal tes. Tes ini digunakan untuk mengevaluasi kemampuan memahami unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Tes yang
digunakan berupa tes tulis yang berbentuk pilihan ganda. Tes ini dilaksanakan
setelah proses belajar mengajar selesai/ berakhir.
Pelaksanaan
Pelaksanaan
penelitian adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP. Secara
garis besar, pelaksanaan penelitian selama tiga siklus diringkas dalam tabel
berikut.
Tabel 1 Skenario Pembelajaran Memahami Unsur
Intrinsik Cerpen melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
No
|
Kegiatan Guru / Peneliti
|
Kegiatan Siswa
|
1
|
2
|
3
|
Kegiatan Pendahuluan
|
||
1
|
Membuka
pelajaran dengan mengucapkan salam.
|
Siswa
bersama-sama memberi salam.
|
2
|
Menginformasikan
rencana pelajaran hari tersebut, yaitu pembelajaran memahami unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
|
Mendengarkan
dan memper-siapkan diri untuk mengikuti pembelajaran memahami unsur intrinsic
cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
|
3
|
Mengapersepsi
kelas dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
|
Menyimak
tujuan pembelajaran yang disampaikan guru.
|
Kegiatan Inti
|
||
1
|
Eksplorasi:
Memberikan
penjelasan tentang unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah cerpen.
|
Siswa
mendengarkan penjelasan tentang unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah
cerpen.
|
2
|
Memberi
peluang agar siswa bertanya apabila ada materi yang belum dipahami.
|
Siswa
bertanya mengenai materi yang belum dipahami.
|
3
|
Elaborasi:
Menjelaskan
unsur intrinsik cerpen dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
|
Siswa
menyimak penjelasan guru tentang unsur intrinsik cerpen dengan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
|
4
|
Memberikan
tugas secara berkelompok untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen.
|
Bekerja
secara berkelompok membahas unsur-unsur intrinsik cerpen.
|
5
|
Memberi
bimbingan dan memantau kerja kelompok siswa dalam memahami isi unsur intrik
cerpen.
|
Bekerja
secara berkelompok membahas unsur-unsur intrinsik cerpen.
|
6
|
Menugaskan
untuk mepresentasikan hasil kerja kelompoknya.
|
Mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya.
|
7
|
Konfirmasi:
Guru
bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran dan mengadakan
refleksi terhadap kegiatan pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen
melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang telah dilaksanakan.
|
Siswa
menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran mema-hami unsur intrinsik cerpen
melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dilaksanakan.
|
Kegiatan Penutup
|
||
1
|
Memantau
dan mengevaluasi. Dalam tahap ini guru mengetes dan memberikan nilai terhadap
pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
|
Mengerjakan
tes pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui
strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
|
2
|
Memberikan
tugas untuk berlatih di rumah, agar siswa membaca cerpen yang lain.
|
Mencatat PR
|
3
|
Menutup pembelajaran dengan salam.
|
Menjawab salam guru
|
Observasi
Aktivitas belajar siswa diketahui melalui observasi yang
dilakukan oleh kolaborator. Ada delapan aspek aktivitas belajar yang
diobservasi. Masing-masing aspek terdiri atas empat deskriptor. Sesuai dengan
hasil observasi, aktivitas belajar siswa selama penelitian disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 2 Data Aktivitas Belajar Siswa
No
|
Aspek yang
Diobservasi
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
Siklus 3
|
1
|
Mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran (emotional activities)
|
73,75
|
77,50
|
87,50
|
2
|
Memperhatikan penjelasan guru tentang materi cerpen (listening, visual, oral dan mental acitivities)
|
71,25
|
81,25
|
90,00
|
3
|
Bertanya dan menjawab pertanyaan (oral activities)
|
76,25
|
78,75
|
90,00
|
4
|
Antusias dalam pembentukan kelompok (mental aktivities)
|
71,25
|
76,25
|
83,75
|
5
|
Aktif penyelidikan dalam kelompok (oral aktivities)
|
81,25
|
81,25
|
87,50
|
6
|
Membuat hasil karya laporan (oral activities, mental aktivities)
|
78,75
|
78,75
|
82,50
|
7
|
Memberikan tanggapan terhadap hasil karya / laporan (mental aktivities)
|
76,25
|
76,25
|
78,75
|
8
|
Menyelesaikan evaluasi (mental
activities dan metrik activities)
|
82,50
|
81,25
|
87,50
|
Rata-rata
|
76,41
|
78,91
|
85,94
|
Sesuai dengan tabel tersebut diketahui bahwa rata-rata
aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 76,41, siklus II sebesar 78,91,
dan siklus III sebesar 85,95.
Data kemampuan memahami unsur intriksik cerpen didapatkan
dari data lembar jawab siswa yang telah dikoreksi. Adapun rata-rata rata-rata
kemampuan memahami unsur intrik cerpen siswa kelas IX-B SMP Negeri 1 Dukuhseti
pada kondisi awal sebesar 65,50. Siswa mencapai KKM sebanyak 9 orang (45%),
sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 11 orang (55%).
Soal-soal pada siklus penelitian terdiri atas 20 butir
pilihan ganda. Pada siklus I dan siklus II, soal terdiri atas enam aspek, yakni
menentukan tema, menentukan alur, menentukan penokohan, menentukan setting /
latar, menentukan sudut pandang, dan menentukan amanat. Sedangkan pada siklus
III, ditambah dengan aspek menentukan nilai kehidupan cerpen. Setelah semua
lembar jawab dikoreksi, didapatkan data sebagai berikut.
Tabel 3 Data Kemampuan Memahami Unsur Intriksik Cerpen
No
|
Aspek yang Diujikan
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
Siklus 3
|
1
|
Menentukan tema
|
70,00
|
76,67
|
86,67
|
2
|
Menentukan alur
|
70,00
|
81,67
|
87,50
|
3
|
Menentukan penokohan
|
76,25
|
81,25
|
86,67
|
4
|
Menentukan setting / latar
|
63,75
|
68,75
|
83,33
|
5
|
Menentukan sudut pandang
|
78,33
|
80,00
|
86,67
|
6
|
Menentukan amanat
|
91,67
|
93,33
|
76,67
|
7
|
Nilai kehidupan cerpen
|
-
|
-
|
85,00
|
Jumlah
|
450,00
|
481,67
|
592,50
|
|
Rata-Rata
|
75,00
|
80,28
|
84,64
|
|
Siswa yang sudah tuntas
|
11 (55%)
|
15 (75%)
|
20 (100%)
|
|
Siswa yang belum tuntas
|
9 (45%)
|
5 (25%)
|
0 (0%)
|
Sesuai dengan tabel tersebut diketahui bahwa rata-rata
kemampuan memahami unsur intriksik cerpen siklus I sebesar 75,00, siklus II
sebesar 80,28, dan siklus III sebesar 84,64.
Refleksi
Peningkatan yang diperoleh siswa dapat dilihat dari hasil perbaikan.
Tindakan yang dilakukan selama peneliti memberikan bimbingan sesuai dengan
jadwal pelajaran Bahasa Indonesia. Dilihat dari hasil tes selama tigas siklus
diketahui bahwa kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw sudah mengalami peningkatan. Nilai rata-rata siswa dari
tindakan siklus I, siklus II dan siklus III mengalami peningkatan yang baik dan
juga dilihat secara individu banyak siswa yang memperoleh nilai baik serta
dalam menganalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terjadi
perubahan dan mengalami peningkatan.
Secara umum tindakan yang dilakukan oleh peneliti pada pelaksanaan
tindakan selama tigas siklus ini dapat dikatakan berhasil dengan baik itu
dilihat dari adanya peningkatan nilai-nilai serta menunjukan
peningkatan-peningkatan lain seperti:
1. Semua
siswa mengikuti proses belajar mengajar dengan aktif.
2. Siswa
tidak enggan lagi mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peneliti.
3. Keaktifan
siswa dalam menganalisis cerpen sangat baik.
Berdasarkan hasil yang dicapai, maka peneliti merasa tidak perlu lagi
melanjutkan pelaksanaan pembelajaran menganalisis cerpen melaui pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, sebab hasil yang yang diperoleh siswa sudah
mencapai kriteria nilai baik yang ditentukan peneliti.
PENUTUP
Sesuai
dengan penyajian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IX-B SMP Negeri 1 Dukuhseti
Kabupaten Pati tahun pelajaran 2015/2016 dengan rata-rata pada siklus I sebesar
76,41, siklus II sebesar 78,91, dan siklus III sebesar 85,95; (2) pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas IX-B
SMP Negeri 1 Dukuhseti Kabupaten Pati tahun pelajaran 2015/2016 dibuktikan
dengan rata-rata nilai pada kondisi awal sebesar 65,50, siklus I sebesar 75,00,
siklus II sebesar 80,28, dan siklus III sebesar 84,64.
Saran
Saran untuk mengefektifkan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada
umumnya dan pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerpen pada khususnya,
yaitu: Guru hendaknya menerapkan pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk
meningkatkan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen; Guru sedapat
mungkin lebih meningkatkan mutu pengajaran bahasa Indonesia, khususnya unsur
intrinsik cerpen, sehingga siswa dapat berlatih secara terus menerus.
DAFTAR
PUSTAKA
Antara, I.G.P. 1988. Teori Sastra.
Singaraja : IKIP UNUD.
Badrun, Ahmad. 1983. Ilmu Sastra.
Surabaya: Usaha nasional.
Hamalik, Oemar, 2010. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan
Kompetensi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet, Ke-7.
Nurgiantoro, Burhan, 1983. Sastra
Anak.Yogyakarta: PT Gramedia.
Rusman.
2010. Model-model Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali Pers.
Slavin, E Robert. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset dan
Praktik). Bandung: Nusa Media.
Silberman, Melvin L. 2006. Active
Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: YAPPENDIS.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&d. Bandung: PT Gramedia.
Suprijono, Joko. 2009. Cooperative
Learning. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Widya, Wendi, dkk. 2006. Bahasa
Indonesia. Klaten: Intan Pariwara.
BIODATA
PENULIS
Y. Eko Joko Kapiworo, M.Pd. lahir di Surakarta, 27 Agustus 1961.
Pendidikan S-2 Magister Pendidikan Program Studi Magister Pengkajian Bahasa UMS
Surakarta dan menjadi guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Dukuhseti Pati
mulai tahun 1984 hingga sekarang.
EmoticonEmoticon